Tiga tersangka yang kini ditahan di Polres adalah Eriyanto (22), Suyitno (26), dan Sulistiyono (21), ketiganya asal Desa Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng. Tersangka yang ditahan di Polsek Kedungbanteng adalah Ali Ridwan (23) yang asalnya sama dengan ketiga tersangka.
Kapolres Banyumas AKBP Suherman didampingi Kasat Reskrim AKP Widada menjelaskan, pemuda yang diperiksa terkait dengan kematian Sentot sekitar 20 orang. Namun setelah diperiksa, tak semuanya terlibat pengeroyokan yang berakhir pada kematian korban itu.
Seperti diberitakan Suara Merdeka kemarin, Sentot (22), warga Desa Kalikesur, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Rabu (25/10) pukul 02.15 ditemukan tewas tergeletak di tepi jalan Desa Kutaliman, Kedungbanteng. Kepala korban pecah dan tubuhnya memar-memar. Korban tewas akibat pengeroyokan yang dilakukan puluhan pemuda yang diduga berasal dari Kutaliman.
Pengeroyokan terhadap Sentot itu merupakan buntut dari pemalakan yang terjadi pada malam takbiran, Senin (23/10) malam lalu. Saat itu adik korban, bernama Anto (20), didatangi Sulistiyono (21), Suyitno (26), dan beberapa pemuda Kutaliman lainnya yang sedang mabuk. Sulistiyono cs meminta uang Rp 5.000 kepada adik Sentot. Permintaan uang secara paksa itu tak diberi sehingga beberapa pemuda Kutaliman memukuli Anto.
Rupanya kasus pemalakan Anto itu membuat sang kakak, Sentot, tidak rela dan bermaksud menyelesaikannya dengan pemuda Kutaliman yang memukul adiknya. Pada Selasa (24/10) sekitar pukul 16.30 Sentot mengajak sejumlah pemuda dari desa lain mendatangi Desa Kalikesur yang loksainya berbatasan dengan Desa Kutaliman. Tujuannya adalah menemui pemuda setempat yang memalak adiknya.
Menurut Kapolres, saat mendatangi Desa Kutaliman, Sentot dan kawan-kawannya dihalau anggota Polsek Kedungbanteng sehingga tak terjadi tawuran. Kawan-kawan Sentot balik lagi, tak jadi ke Kutaliman. Setelah ditinggalkan kawan-kawannya, Sentot kembali lagi ke Kutaliman seorang diri untuk menemui Sulistiyono cs. Namun malang, pemuda Kalikesur itu bukannya berhasil menyelesaikan kasus pemalakan yang menimpa adiknya, dia justru dikeroyok puluhan pemuda setempat. Pemuda yang mengeroyok Sentot diperkirakan ada yang memakai batu dan balok kayu.
''Melihat kepalanya pecah, diduga korban dipukul dengan benda keras berupa batu atau balok kayu. Setelah dianiaya, korban yang sudah tak berdaya itu ditinggalkan di tepi jalan. Para pelaku kemudian kabur,'' jelasnya.(G23-42n)
Kapolres Banyumas AKBP Suherman didampingi Kasat Reskrim AKP Widada menjelaskan, pemuda yang diperiksa terkait dengan kematian Sentot sekitar 20 orang. Namun setelah diperiksa, tak semuanya terlibat pengeroyokan yang berakhir pada kematian korban itu.
Seperti diberitakan Suara Merdeka kemarin, Sentot (22), warga Desa Kalikesur, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Rabu (25/10) pukul 02.15 ditemukan tewas tergeletak di tepi jalan Desa Kutaliman, Kedungbanteng. Kepala korban pecah dan tubuhnya memar-memar. Korban tewas akibat pengeroyokan yang dilakukan puluhan pemuda yang diduga berasal dari Kutaliman.
Pengeroyokan terhadap Sentot itu merupakan buntut dari pemalakan yang terjadi pada malam takbiran, Senin (23/10) malam lalu. Saat itu adik korban, bernama Anto (20), didatangi Sulistiyono (21), Suyitno (26), dan beberapa pemuda Kutaliman lainnya yang sedang mabuk. Sulistiyono cs meminta uang Rp 5.000 kepada adik Sentot. Permintaan uang secara paksa itu tak diberi sehingga beberapa pemuda Kutaliman memukuli Anto.
Rupanya kasus pemalakan Anto itu membuat sang kakak, Sentot, tidak rela dan bermaksud menyelesaikannya dengan pemuda Kutaliman yang memukul adiknya. Pada Selasa (24/10) sekitar pukul 16.30 Sentot mengajak sejumlah pemuda dari desa lain mendatangi Desa Kalikesur yang loksainya berbatasan dengan Desa Kutaliman. Tujuannya adalah menemui pemuda setempat yang memalak adiknya.
Menurut Kapolres, saat mendatangi Desa Kutaliman, Sentot dan kawan-kawannya dihalau anggota Polsek Kedungbanteng sehingga tak terjadi tawuran. Kawan-kawan Sentot balik lagi, tak jadi ke Kutaliman. Setelah ditinggalkan kawan-kawannya, Sentot kembali lagi ke Kutaliman seorang diri untuk menemui Sulistiyono cs. Namun malang, pemuda Kalikesur itu bukannya berhasil menyelesaikan kasus pemalakan yang menimpa adiknya, dia justru dikeroyok puluhan pemuda setempat. Pemuda yang mengeroyok Sentot diperkirakan ada yang memakai batu dan balok kayu.
''Melihat kepalanya pecah, diduga korban dipukul dengan benda keras berupa batu atau balok kayu. Setelah dianiaya, korban yang sudah tak berdaya itu ditinggalkan di tepi jalan. Para pelaku kemudian kabur,'' jelasnya.(G23-42n)