Pada jaman dahulu !Gala tersebutlah sebuah Kadipaten yang bernama Kutaliman yang yang sekarang menjadi nama sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng,terletak sekitar 10 km arah barat Baturraden. Mengapa Kadipaten itu diberi nama Kutaliman? karena Sang Adipati memilki binatang kesayangan seekor gajah. Dalam bahasa jawa Kuta berarti:Kota dan Liman berarti:seekor gajah, maka daerah itu diberi nama Kutaliman. Disamping Sang Adipati juga gemar memelihara kuda sebagai kuda tunggang juga untuk sarana transportasi pada masa itu. Kuda-kuda kesayangan Adipati itu dirawat oleh seorang Gamel (perawat kuda) yang bernama Jaka Gamel. Tanpa sepengetahuan Sang Adipati, salah seorang dari putri adipati yang bernama Dewi Nawangsih menjalin hubungan asmara / cinta rahasia dengan Jaka Gamel yang akhirnya membuat perut putri adipati ini menjadi berbadan dua alias hamil.
Mendengar berita bahwa putrinya telah mengandung dengan Jaka Gamel tentu membuat Sang Adipati murka dan mengusir kedua insan pergi dari istana. Dalam perjalanannya mereka berjalan kearah timur menuju Gunung Slamet. Dewi Nawangsih dan Jaka Gamel terus mengayunkan kaki dengan penuh kesedihan dan rasa Ielah membuat badan putri adipati melunglai sehinggatidak mampu lagi menyeberangi sungai yang ada didepannya. Dengan berjalan merangkak-rangkak putri adipati itu berhasil menyeberang sungai. Sebagai peringatan atas terjadinya peristiwa itu mereka memberi nama Kalikesur (dalam bahasa jawa Kali: sungai, Kesur: merangkak). Seiring berjalannyawaktu, kandungan dalam perut Dewi Nawangsih semakin besar dan memutuskan untuk bermukim disuatu tempat. Suatu hari lahirlah si jabang bayi laki-laki dengan bantuan Jaka Gamel yang ala kadarnya. Tempat itu kemudian disebut Kaliputra.
Dewi Nawangsih sebagai putri Adipati yang biasa hidup dilingkungan istana dengan segala kemudahannya kini harus hidup sengsara dengan suami dan seorang putranya. Suatu malam ketika suami dan anaknya sedang terlelap tidur, dengan perlahan-lahan Dewi Nawangsih pergi meninggalkan Jaka Gamel dan anaknya. Seraya memeluk anak tercintanya serta mencium tangan jaka Gamel yang sedang terlelap tidur Dewi Nawangsih berkata : "Maafkanlah kakang , aku tak sanggup lagi menanggung derita ini.... kutitipkan anakku kepadamu kakang " Maka tempat ini diberi nama BATURRADEN yang berasal dari dua suku kata Batur yang berarti abdi / pembantu dan Raden yang berarti keturunan ningrat / berdarah biru.